Rabu, 14 April 2010

WAWASAN NUSANTARA

WAWASAN NUSANTARA

Wawasan Nusantara = Wawasan Kebangsaan bukan Wawasan Kebanggaan atau Wawasan Kenistaan
Dulu jaman Orde Baru ada Wawasan Nusantara, yang didalamnya terkandung nilai-nilai luhur dari budi pekerti bangsa ini, belajar mengenal sejarah bangsa, mengenal prinsip-prinsip yang utama dari para Pahlawan yang sudah berjuang untuk bangsa ini, dari mulai SD diterapkan didikan budi pekerti, bagaimana menghargai Bapak/Ibu Guru yang mendidik muridnya bersopan santun dengan tatanan adat budaya yang sesuai dengan Bangsa ini, alangkah bangganya seorang Bapak/Ibu Guru jika melihat anak didiknya berhasil menjadi orang besar di negerinya.

Namun, bila kita lihat parahnya sikap dan perilaku para Pembesar yang mengatas namakan rakyat, yang melaksanakan rapat paripurna, seperti segerombolan orang dipasar yang sedang dikumpulkan kepala pasar, saling ejek, saling tarik, saling dorong dan saling cemooh, nyaris seperti orang yang tidak pernah mengenal pendidikan budi pekerti, apakah seperti ini demokratis yang dimaksudkan, setiap kelompok merasa mewakili semua rakyat, dan setiap celoteh dan cemoohan dari setiap wakil rakyat ini merupakan berita demokrasi, bukankah ini merupakan Wawasan Kebanggaan Kelompok/perorangan, yang menyuarakan Kami/Saya telah berbuat untuk bangsa ini, atau mungkin juga bisa disebut Wawasan Kenistaan, karena seolah tidak ada aturan yang dijadikan pedoman dalam melaksanakan rapat, karena walaupun ada salah satu atau salah dua dari mereka mencuplik peraturan kelihatannya banyak yang tidak menguasai peraturan itu.

Maka Pantaslah jika para Mahasiswa dan anggota HMI di Makasar jadi beringas, seolah tidak ada aturan dalam mengungkapkan kekesalannya kepada Polisi, padahal institusinya jelas, Kantornya jelas, kok yang dirusak fasilitas umum, kenapa bukan Kantor Poldanya yang dirusak, kalau memang ada oknum polisi yang menyerang Kantor Sekretariat HMI, kan tanggung jawab ada di Polisinya bukan memblokade jalan umum, yang sangat merugikan masyarakat baik dari segi waktu maupun materi, tapi mungkin contoh dari atasnya begitu ya merekapun akan seperti itu.

Kalau kita renungkan, mungkinkah pelajaran budi pekerti itu harus diajarkan kembali, agar rakyat bisa sopan santun, karena kita bisa disebut lagi bangsa yang ramah tamah, sopan santun yang mempunyai Wawasan Kebangsaan untuk menuju kesejahteraan sesuai dengan Pancasila, jangan malu mengadopsi istilah Orde Baru karena mereka selama tiga puluh dua tahun sudah berbuat, walaupun dianggap tidak demokratis, namun bila Orde Reformasi yang selama satu dasa warsa ini hanya berbuat keributan dan pengrusakan seolah tidak ada aturan, kayaknya perlu juga adanya penekanan Wawasan Nusantara menuju Wawasan kebangsaan bukan Wawasan kebanggaan yang menuju Wawasan Kenistaan

www.google.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar