Selasa, 17 April 2012

INI CERITA HIDUPKU

Dalam hidup banyak kejadian-kejadian yang sangat terkesan atau paling diingat mulai dari kebahagian, kesedihan, kemarahan, kebencian, kebosanan dan masih banyak lagi. Dalam hidupku sendiri hal yang tidak bisa aku lupakan hanya ada 2 kejadian yang sangat penting, entah itu menyedihkan atau menyenangkan. kejadian pertama yang membuat aku terharu di saat kakak ku yang bernama UNTUNG SUGIARTO wisuda S1, karna pada saat kakak wisuda saat itu ada bapak dan mamaku yang sangat bangga melihat kakakku lulus kuliah dan aku melihat pancaran mata mereka sangat bahagia dan bangga. kejadian yang kedua yang membuat aku sedih,terpuruk dan hancur, saat bapakku pergih meninggalakan aku, mamaku, dan kakakku untuk selamanya. Hari itu tepat pada tanggal 18 maret 2011 malam aku,kakakku dan temanku membawa beliau kerumah sakit. saat itu beliau langsung dilarikan ke ruanga ICU dan saat malam itu juga untuk terakhir kalinya aku masih bisa mendengar beliau bicara. keesokan paginya saat aku melihat beliau aku sudah tidak bisa mendengar suara dari beliau, terlalu banyak selang yang ada dimulut,hidung,tangan, dan badannya. satusatunya cara berkomunikasi haanya dengan mengedipkan kelopak mata belia. 2 hari beliau bertahan untuk menunggu kehadiran mamaku yang sedang dalam perjalanan pulang dari dines kerjanya. ketika hari itu datang mama datang kerumah sakit, tidak sampai sehari mama menemani tepat pada tanggal 21 April 2011 pukul 03.45 beliau pergih meninggalkan kita semua. dah hal yang paling aku ingat dalam hidupku saat terakhir aku berbisik dan bertanya apakah bapak sayang sama aku? dan dia berkedip 2 kali dan itu artinya beliau sayang sama aku. dan aku bertanya apakah bapak kuat bapak mampu bertahan buat nemenin aku? tapi beliau tidak berkedip yang artinya beliau sudah tidak kuat. Selamat jalan bapakku sampai kapan pun aku akan selalu mengingatmu, menyayangimu, merindukanmu. Dan semoga suatu saat nanti kita akan akan berkumpul kembali dengan mu di suatu tempat yang indah. Bapak aku sayang bapak semoga bapak tenang di sisi ALLAH SWT. AMIN
Bertambahnya Kawasan Kumuh dan Peremajaan Kota

Biro Pusat Statistik melaporkan pada tahun 2010 penduduk miskin di perkotaan mencapai 9.87 persen. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial di Indonesia yang tidak mudah untuk diatasi. Di kawasan perkotaan, masalah kemiskinan sering kali dikaitkan dengan permukiman kumuh dimana penduduk miskin tinggal. Permukiman kumuh ditemui hampir di setiap sudut kota di Indonesia. Keluhan yang paling sering disampaikan mengenai permukiman kumuh tersebut adalah buruknya kualitas lingkungan yang dianggap sebagai bagian kota yang mesti disingkirkan.



Harian ini (14 Oktober 2010) melaporkan luas kawasan kumuh di kawasan Jabodetabek pada tahun 2009 mencapai 20.000 ha. Luas kawasan kumuh di Jabodetabek mencapai 35 persen dari total kawasan kumuh di Indonesia. Kawasan kumuh ini akan terus bertambah seiring dengan tingginya laju urbanisasi di kawasan Jabodetabek. Pendekatan konvensional yang paling populer adalah menggusur permukiman kumuh dan kemudian diganti oleh kegiatan perkotaan lainnya yang dianggap lebih bermartabat. Cara seperti ini yang sering disebut pula sebagai peremajaan kota bukanlah cara yang berkelanjutan untuk menghilangkan kemiskinan dari perkotaan.


Kemiskinan dan kualitas lingkungan yang rendah adalah hal yang mesti dihilangkan tetapi tidak dengan menggusur masyarakat telah bermukim lama di lokasi tersebut. Menggusur adalah hanya sekedar memindahkan kemiskinan dari lokasi lama ke lokasi baru dan kemiskinan tidak berkurang. Bagi orang yang tergusur malahan penggusuran ini akan semakin menyulitkan kehidupan mereka karena mereka mesti beradaptasi dengan lokasi permukimannya yang baru. Peremajaan kota ini menciptakan kondisi fisik perkotaan yang lebih baik tetapi sarat dengan masalah sosial. Kemiskinan hanya berpindah saja dan masyarakat miskin yang tergusur semakin sulit untuk keluar dari kemiskinan karena akses mereka terhadap pekerjaan semakin sulit.



Berkurangnya Ruang Terbuka Hijau

Tingginya laju urbanisasi juga menyebabkan tingginya permintaan terhadap lahan untuk menampung kegiatan perkotaan termasuk perkantoran, jasa, perdagangan, hotel dan perumahan. Kawasan ruang terbuka hijau merupakan “korban” dari konversi lahan untuk kegiatan perkotaan. Pada tahun 1965, kawasan ruang terbuka hijau mencakup lebih dari 35% dari luas wilayah Jakarta dan jumlah ini terus berkurang seiring dengan tuntutan ruang akibat laju urbanisasi. Pada saat ini, kawasan ruang terbuka hijau (RTH) di Jakarta adalah sekitar 9.3% dari luas wilayah Jakarta.



Rencana Induk Jakarta 1965-1985 menetapkan luas RTH sebanyak 27,6 persen dari luas total DKI Jakarta. Persentase ini menurun terus pada rencana tata ruang berikutnya, yaitu Rencana Umum Tata Ruang Jakarta 1985-2005 (26.1 persen) and Rencana Tata Ruang Wilayah Jakarta 2000-2010 (13,9 persen). Penurunan luas RTH dalam ketiga rencana tata ruang kota Jakarta tersebut menunjukkan ketidakmampuan pemerintah DKI Jakarta untuk mempertahankan RTH sebagai komponen penting dalam ruang kota. Hal ini diakibatkan lemahnya penegakan rencana tata ruang dan tingginya permintaan lahan perkotaan untuk mewadahi tingginya laju urbanisasi.



Konversi RTH dan kawasan resapan resapan air menjadi kawasan terbangun seringkali disebut sebagai penyebab terjadinya banjir yang setiap tahun melanda Jakarta. Berkurangnya RTH juga ditengarai yang menyebabkan terjadinya penurunan permukaan tanah (land subsidence) di Jakarta. Mengingat Jakarta perlu segera membenahi dan mengembalikan RTH. Proporsi RTH di Jakarta saat ini masih jauh dari target RTH menurut RTRW 2010 (13.94 persen) atau bahkan target yang ditetapkan dalam UU Penataan Ruang 26/2007 sebesar 30 persen dari total wilayah.



Menuju Pembangunan Kota yang Berkelanjutan

Urbanisasi adalah penggerak roda perekonomian dan pembangunan kota. Tingginya laju urbanisasi tidak mesti menyebabkan masalah bagi pemerintah kota. Kondisi tersebut tidak terjadi di Jabodetabek mengingat tingginya urbanisasi ini disebabkan pula oleh migrasi penduduk miskin pedesaan di Jawa ke Jabodetabek. Biro Pusat Statistik mencatat jumlah penduduk miskin di pedesaan sebanyak 16.56 persen pada tahun 2010. Angka ini hampir dua kali lipat jumlah penduduk miskin di perkotaan.



Kawasan perkotaan dijadikan tujuan bagi para penduduk miskin pedesaan di Jawa untuk keluar dari kemiskinan. Sementara itu, pemerintah kota tidak siap untuk menampung para migran dari pedesaan ini. Hal inilah yang memacu perkembangan kawasan kumuh di perkotaan khususnya di Jabodetabek. Jalan terbaik untuk mengerem perkembangan kawasan kumuh di perkotaan adalah menggalakkan pembangunan di pedesaan misalnya pengembangan infrastruktur untuk meningkatkan produktivitas petani di pedesaan. Meningkatnya produktivitas pertanian di pedesaan akan meningkatkan kesejahteraan penduduk pedesaan dan secara tidak langsung akan mengerem laju migrasi penduduk desa ke kota.



Cara untuk mengatasi kawasan kumuh di kawasan perkotaan adalah tidak dengan menggusurnya. Penggusuran hanyalah menciptakan masalah sosial perkotaan yang semakin akut dan pelik. Penggusuran atau sering diistilahkan sebagai peremajaan kota adalah cara yang tidak berkelanjutan dalam mengatasi kemiskinan. Masyarakat miskin adalah salah satu komponen dalam komunitas perkotaan yang mesti diberdayakan dan bukannya digusur. Solusi yang berkelanjutan untuk mengatasi kemiskinan dan permukiman kumuh di perkotaan adalah pemberdayaan masyarakat miskin dan bukanlah penggusuran. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Winayanti dan Lang (2004) dan Rukmana (2007) menunjukkan bahwa perbaikan kawasan kumuh melalui pendekatan berbasis masyarakat (community-based development) dapat meningkatkan kualitas lingkungan dan kesejahteraan masyarakat di kawasan kumuh.



Mengenai berkurangnya RTH di Jakarta, Pemerintah DKI Jakarta mesti mengembalikan RTH yang telah terkonversi menjadi kawasan terbangun. Apa yang telah dilakukan oleh Pemda DKI dengan mengembalikan fungsi RTH pada 27 pom bensin pada akhir tahun 2009 lalu adalah langkah yang sangat patut dihargai dan terus dilanjutkan di masa-masa mendatang. RTH merupakan komponen penting dalam ruang kota yang dapat mencegah beragam bencana seperti banjir ataupun penurunan permukaan tanah.



Alternatif lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi tingginya urbanisasi di Jabodetabek adalah mengembangkan kawasan perkotaan lainnya di Indonesia untuk mengimbangi daya tarik Jabodetabek. Perlu terdapat kawasan perkotaan lainnya yang dapat menjadi penyeimbang Jabodetabek. Wacana pemindahan ibukota keluar Jakarta adalah juga salah satu alternatif penting yang perlu dipertimbangkan untuk mengurangi urbanisasi di Jakarta dan sekitarnya.